Senin, 23 Juli 2007

kritik

Siapkah Anda Menerima Kritik ?

Posted on July 6, 2007
Filed Under Spirit

Cara-cara mengkritik yang baik sudah sering dibahas dan dibicarakan, sampai bosen kita denger. Karena mengkritik pada dasarnya memang lebih mudah daripada dikritik!. Nah sekarang bagaimana seandainya anda yang dikritik..? Jujur aja deh, pasti ada perasaan jengkeltidak enak’ ketika mendengar kritik itu kan..? saya juga demikian :)

Memang sih kritik umumnya pedas dan bikin telinga panas ha..ha… Tapi gak perlu lah kita emosi, kita ambil nilai positif nya aja dari kritik tersebut. Soalnya bagi anda para profesional.. ciele, kritik juga merupakan salah satu bagian dari motivasi untuk maju kalau bisa menangkap nilai positifnya.
Lalu gimana dong caranya agar bisa menerima kritik dengan besar hati?

Inilah yg paling susah …

Sebagai saran aja sih :

  • Jangan ber-fikir bahwa setiap kritik yang dilontarkan pada anda pasti penyerangan terhadap diri anda pribadi. Tidak semua kritik bermaksud menjatuhkan, umumnya kritik justru bersifat membangun. Kritik dapat mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi dari kelemahan anda. Dan ini tentu diperlukan untuk kemajuan profesionalisme anda. Jangan selalu curiga terhadap si pengkritik.
  • Teliti dan evaluasi kebenaran kritik itu bagi diri anda. Jika ternyata tidak benar, jangan menanggapinya dengan emosi, kebencian, apalagi dendam. Ambil saja hikmahnya bahwa orang lain masih care pada anda. Dan jika kritik itu mengandung kebenaran, jadikan kritik tersebut sebagai alat untuk mengkoreksi dan memperbaiki diri.

Menjawab kritik adalah hak kita. Jika ingin menanggapi kritik, gunakan cara yang asertif dan simpatik. Jangan memakai cara yang agresif dan represif. Jagalah profesionalisme anda ketika menanggapi kritik.

Demikian juga dari tukang kritik sebaiknya jangan ada “udang di balik batu beton”
So, siapkah anda “menerima kritik” atau jadi “tukang kritik” ?

Dengan senang hati saya menerima kritik anda :)

Minggu, 22 Juli 2007

Pd Aja Lagi

Memupuk Rasa Percaya Diri


Oleh Jacinta F. Rini

Team e-psikologi

Jakarta, 16 Oktober 2002


Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari "tidak pede" dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Saya yakin hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Ruang konseling di website inipun banyak diwarnai dengan pertanyaan seputar kasus-kasus yang berhubungan dengan krisis kepercayaan diri tersebut. Sudah tentu, hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada tantangan atau pun situasi baru. Individu sering berkata pada diri sendiri, “dulu saya tidak penakut seperti ini....kenapa sekarang jadi begini ?” ada juga yang berkata: "kok saya tidak seperti dia,...yang selalu percaya diri...rasanya selalu saja ada yang kurang dari diri saya...saya malu menjadi diri saya!”

Menyikapi kondisi seperti tersebut diatas maka akan muncul pertanyaan dalam benak kita: mengapa rasa percaya diri begitu penting dalam kehidupan individu. Lalu apakah kurangnya rasa percaya diri dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal. Jika memang rasa kurnag percaya diri dapat diperbaiki, langkah-langkah apakah yang harus dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan saya jawab dalam artikel ini.


Kepercayaan Diri


Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.


Karakteristik


Karakteristik atau ciri-ciri Individu yang percaya diri


Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah :



  • Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain

  • Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok

  • Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri

  • Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)

  • Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain)

  • Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, ornag lain dan situasi di luar dirinya

  • Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.


Karakteristik atau ciri-ciri Individu yang kurang percaya diri


Beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri, diantaranya adalah:



  • Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok

  • Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan

  • Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan dir) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri – namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri

  • Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif

  • Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil

  • Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri)

  • Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu

  • Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangattergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain)


Perkembangan Rasa Percaya Diri


Pola Asuh


Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.Sikap orangtua, akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percara diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orangtuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksisitensinya. Di kemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri – seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya.

Lain halnya dengan orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anak, atau suka mengkritik, sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai oleh anak, atau pun seolah menunjukkan ketidakpercayaan mereka pada kemampuan dan kemandirian anak dengan sikap overprotective yang makin meningkatkan ketergantungan. Tindakan overprotective orangtua, menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri – segala sesuatu disediakan dan dibantu orangtua. Anak akan merasa, bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal, tidak pernah menyenangkan dan membahagiakan orangtua. Anak akan merasa rendah diri di mata saudara kandungnya yang lain atau di hadapan teman-temannya.

Menurut para psikolog, orangtua dan masyarakat seringkali meletakkan standar dan harapan yang kurang realistik terhadap seorang anak atau pun individu. Sikap suka membanding-bandingkan anak, mempergunjingkan kelemahan anak, atau pun membicarakan kelebihan anak lain di depan anak sendiri, tanpa sadar menjatuhkan harga diri anak-anak tersebut. Selain itu, tanpa sadar masyarakat sering menciptakan trend yang dijadikan standar patokan sebuah prestasi atau pun penerimaan sosial. Contoh kasus yang riil pernah terjadi di tanah air, ketika seorang anak bunuh diri gara-gara dirinya tidak diterima masuk di jurusan A1 (IPA), meski dia sudah bersekolah di tempat yang elit; rupanya sang orangtua mengharap anaknya diterima di A1 atau paling tidak A2, agar kelak bisa menjadi dokter. Atau, orangtua yang memaksakan anaknya ikut les ini dan itu, hanya karena anak-anak lainnya pun demikian.

Situasi ini pada akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi individu yang tidak bisa menerima kenyataan dirinya, karena di masa lalu (bahkan hingga kini), setiap orang mengharapkan dirinya menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Dengan kata lain, memenuhi harapan sosial. Akhirnya, anak tumbuh menjadi individu yang punya pola pikir : bahwa untuk bisa diterima, dihargai, dicintai, dan diakui, harus menyenangkan orang lain dan mengikuti keinginan mereka. Pada saat individu tersebut ditantang untuk menjadi diri sendiri – mereka tidak punya keberanian untuk melakukannya. Rasa percaya dirinya begitu lemah, sementara ketakutannya terlalu besar.


Pola Pikir Negatif


Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah, kejadian, bertemu orang-orang baru, dsb. Reaksi individu terhadap seseorang atau pun sebuah peristiwa, amat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah, cenderung mempersepsi segala sesuatu dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari dalam dirinya lah semua negativisme itu berasal. Pola pikir individu yang kurang percaya diri, bercirikan antara lain:



  • Menekankan keharusan-keharusan pada diri sendiri (“saya harus bisa begini...saya harus bisa begitu”). Ketika gagal, individu tersebut merasa seluruh hidup dan masa depannya hancur.

  • Cara berpikir totalitas dan dualisme : “kalau saya sampai gagal, berarti saya memang jelek”

  • Pesimistik yang futuristik : satu saja kegagalan kecil, individu tersebut sudah merasa tidak akan berhasil meraih cita-citanya di masa depan. Misalnya, mendapat nilai C pada salah satu mata kuliah, langsung berpikir dirinya tidak akan lulus sarjana.

  • Tidak kritis dan selektif terhadap self-criticism : suka mengkritik diri sendiri dan percaya bahwa dirinya memang pantas dikritik.

  • Labeling : mudah menyalahkan diri sendiri dan memberikan sebutan-sebutan negatif, seperti “saya memang bodoh”...”saya ditakdirkan untuk jadi orang susah”, dsb....

  • Sulit menerima pujian atau pun hal-hal positif dari orang lain : ketika orang memuji secara tulus, individu langsung merasa tidak enak dan menolak mentah-mentah pujiannya. Ketika diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menerima tugas atau peran yang penting, individu tersebut langsung menolak dengan alasan tidak pantas dan tidak layak untuk menerimanya.

  • Suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri : senang mengingat dan bahkan membesar-besarkan kesalahan yang dibuat, namun mengecilkan keberhasilan yang pernah diraih. Satu kesalahan kecil, membuat individu langsung merasa menjadi orang tidak berguna.


Memupuk Rasa Percaya Diri


Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangkan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri.


1.

Evaluasi diri secara obyektif



Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar “kekayaan” pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri. Sadari semua asset-asset berharga Anda dan temukan asset yang belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri Anda, seperti : pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (Strengths, Weaknesses, Obstacles and Threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistik.


2.

Beri penghargaan yang jujur terhadap diri



Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini. Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu Anda menemukan jalan yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri – hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.


3.

Positive thinking



Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak Anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobody’s perfect dan it’s okay if I made a mistake. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan Anda. Hati-hatilah agar masa depan Anda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.


4.

Gunakan self-affirmation



Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya:

  • Saya pasti bisa !!

  • Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang boleh menentukan hidup saya !

  • Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan

  • Sayalah yang memegang kendali hidup ini

  • Saya bangga pada diri sendiri


5.

Berani mengambil resiko



Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, Anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, Anda tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi resikonya. Contohnya, Anda tidak perlu menyenangkan orang lain untuk menghindari resiko ditolak. Jika Anda ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada resiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan mengambil resiko. Ingat: No Risk, No Gain.


6.

Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan



Ada pepatah mengatakan yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup. Artinya, individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta berbagai pengalaman hidupnya. Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam, tidak pernah melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan keluhan, rasa marah, iri hati dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan. Dengan “beban” seperti itu, bagaimana individu itu bisa menikmati hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis, karena selalu membandingkan dirinya dengan orang-orang yang membuat “cemburu” hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang Anda alami dan percayalah bahwa Tuhan pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup Anda.


7.

Menetapkan tujuan yang realistik



Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang Anda tetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan anda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya resiko yang tidak diinginkan.


Mungkin masih ada beberapa cara lain yang efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Jika anda dapat melakukan beberapa hal serpti yang disarankan di atas, niscaya anada akan terbebas dari krisis kepercayaan diri. Namun demikian satu hal perlu diingat baik-baik adalah jangan sampai anda mengalami over confidence atau rasa percaya diri yang berlebih-lebihan/overdosis. Rasa percaya diri yang overdosis bukanlah menggambar kondisi kejiwaan yang sehat karena hal tersebut merupakan rasa percaya diri yang bersifat semu.

Rasa percaya diri yang berlebihan pada umumnya tidak bersumber dari potensi diri yang ada, namun lebih didasari oleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orangtua dan masyarakat (sosial), hingga tanpa sadar melandasi motivasi individu untuk “harus” menjadi orang sukses. Selain itu, persepsi yang keliru pun dapat menimbulkan asumsi yang keliru tentang diri sendiri hingga rasa percaya diri yang begitu besar tidak dilandasi oleh kemampuan yang nyata. Hal ini pun bisa didapat dari lingkungan di mana individu di besarkan, dari teman-teman (peer group) atau dari dirinya sendiri (konsep diri yang tidak sehat). Contohnya, seorang anak yang sejak lahir ditanamkan oleh orangtua, bahwa dirinya adalah spesial, istimewa, pandai, pasti akan menjadi orang sukses, dsb – namun dalam perjalanan waktu anak itu sendiri tidak pernah punya track record of success yang riil dan original (atas dasar usahanya sendiri). Akibatnya, anak tersebut tumbuh menjadi seorang manipulator dan dan otoriter – memperalat, menguasai dan mengendalikan orang lain untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasa percaya diri pada individu seperti itu tidaklah didasarkan oleh real competence, tapi lebih pada faktor-faktor pendukung eksternal, seperti kekayaan, jabatan, koneksi, relasi, back up power keluarga, nama besar orangtua, dsb. Jadi, jika semua atribut itu ditanggalkan, maka sang individu tersebut bukan siapa-siapa. (jp)

_____________________________

Kamis, 19 Juli 2007

hidup jangan di ambil pusing

Bila anda tak percaya pada seseorang, maka kebaikan apa
pun yang dilakukannya tetap mengundang keraguan dalam
diri anda. Tanpa disadari anda mendapati selalu saja ada
kesalahan dalam tindakannya. Ketidakpercayaan menyanyat
lebih tajam daripada kritik pedas.

Sebaliknya, bila anda percaya pada seseorang, semua
kekeliruan yang dilakukannya adalah titik tolak untuk
melakukan perbaikan. Tanpa disadari anda terdorong untuk
membenahi dan mengisi kekurangan yang ada. Kepercayaan
adalah jaring penyelamat bagi setiap peloncat yang gagal.

Keberhasilan bukan hanya karena kerja keras anda sendiri,
pasti ada sebentang jaring kepercayaan yang dihamparkan
oleh para pembimbing anda. Sedangkan kegagalan seringkali
diakibatkan gagalnya anda meraih kepercayaan orang lain.

Uniknya, anda hanya akan meraih kepercayaan manakala anda
mau mempercayai orang lain pula. Tali yang kuat terpilin
dalam simpul yang kuat. Saling mempercayai adalah simpul
yang jauh lebih kuat.

Karir dan kepribadian

Agar Tidak Bosan dengan Rutinitas

Selasa, 15 Januari 2008 - 19:46 wib


Foto: Corbis
APAKAH Anda sering dibelenggu kebosanan karena terlibat dalam rutinitas? Apakah Anda sering merasa hidup Anda tidak menarik, datar, kering, dan nyaris tak punya makna? Apakah Anda sering merasa bingung dan tak tahu harus berbuat apa karena takut dibilang tak konsisten jika mengubah kebiasaan? Jika demikian adanya, Anda mesti berani keluar dari kebiasaan seperti itu. Anda perlu mencari inspirasi baru.

Berikut ini kami berikan beberapa poin yang bisa Anda coba di lingkungan kerja ataupun keluarga Anda. Hal mendasar yang mesti Anda ingat adalah bahwa Anda tak akan dengan mudah dibilang inkonsisten karena dengan sengaja berbuat sesuatu yang lain daripada biasanya. Kata William Desmond, dalam bukunya berjudul Perplexity and Ultimacy, inkonsistensi -dalam konteks tertentu- dibutuhkan karena ada nilai atau makna lebih besar yang mau diraih.

Prinsip Dasar

1. Keterbukaan

Salah satu karakter dasar antropologis manusia adalah keterbukaannya pada hal-hal baru. Di sinilah letak perbedaan manusia dengan makhluk lain. Kalau makhluk lain terbatas pada lingkungan, manusia bergerak melampau lingkungan. Kata Wolfhart Panneberg dalam bukunya berjudul What is Man? Contemporary Anthropology in Theological Perspective, manusia itu terbuka pada hal-hal baru, pada gambarannya tentang dunia dan pengalamannya dan bergerak melampaui setiap peristiwa yang ada. Karakter dasar manusia, katanya, adalah his openness to new things and fresh experience. Karakter dasar seperti ini tak bisa dibelenggu dan ditutupi. Keterbukaan itu muncul karena manusia selalu mencari nilai baru, makna yang lain.

2. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemudahan gerak. Artinya, manusia selalu mudah bergerak ke sana dan kemari. Fleksibilitas itu dirangsang oleh ketakpuasan manusia pada situasi yang ada. Fleksibilitas ini memungkinkan manusia merumuskan pengalaman dan dirinya dengan cara yang baru. Dengan demikian, tak punya fleksibilitas berarti "mati". Kalau orang tak bisa bergerak mencari hal baru, orang akan sulit berkembang. Pandangannya tentang orang, tentang relasi, tentang komunikasi, dan tentang solidaritas akan mandek. Semakin orang fleksibel, semakin bisa orang memahami orang lain, semakin bisa menghormati orang lain, semakin bisa menghargai diri dan hidupnya.

3. Ekstensi Pengetahuan

Kata Fritijof Capra dalam Tao of Physics, pengetahuan kita dibentuk oleh pengalaman kita dengan objek dan peristiwa yang ada. Pengetahuan berkembang karena ada kontak dengan dunia. Itu berarti kalau orang tak bisa keluar dari dirinya, dari situasi yang ada, pengetahuannya akan sulit berkembang. Kalau orang tak bisa bergaul dengan orang lain, pengetahuannya tentang manusia pun terbatas. Kalau orang tak bisa mencoba bertindak dengan cara atau metode yang lain, pengetahuannya tentang cara menghadapi masalah pun terbatas.

Prinsip Praktis

1. Cari suasana lain

Salah satu cara praktis supaya Anda tidak bosan bekerja di kantor atau di rumah adalah mencari suasana yang lain. Kalau di kantor Anda selalu duduk menghadap komputer atau buku-buku, cobalah cari situasi yang lain. Misalnya, Anda bisa beranjak sebentar dari kursi Anda dan melihat ke luar jendela. Anda bisa juga mengajak rekan kerja Anda ngobrol santai di taman dekat kantor atau di ruangan lain. Anda bisa mengajak teman Anda untuk minum kopi atau teh hangat di warung di dekat kantor. Saat itu, hilangkan pikiran tentang kertas kerja, tentang data di komputer dan tentang urusan kantor lain, lalu bagikan pengalaman Anda tentang apapun. Diskusi atau intermeso yang sebentar itu bisa merangsang bagian otak Anda yang lain untuk mencari informasi baru.

2. Bertukar peran

Cara lain yang bisa Anda coba adalah bertukar peran. Kalau Anda sudah lama duduk di depan komputer, cobalah bangun dan minta teman Anda menggantikan posisi Anda dan Anda pergi ke dapur membuat kopi atau mencari makanan ringan. Ingat baik-baik, sekalipun Anda hanya melangkah beberapa langkah saja, peredaran darah akan lancar dan otot Anda akan rileks. Peredaran darah yang lancar merangsang daya kerja otak lebih cepat.

3. Humor

Jangan takut untuk tertawa atau membuat jokes. Kalau ternyata Anda dan teman-teman Anda tak bisa keluar, barang sejenak, untuk bersantai, cukuplah menciptakan humor di kantor. Tinggalkan pekerjaan Anda barang beberapa menit untuk bercerita dan tertawa bersama. Tertawa bisa merangsang otot-otot wajah bekerja teratur dan peredaran darah di wajah menjadi lancar. Saat itu Anda tak hanya bisa tertawa tetapi belajar melihat karakter teman Anda. Sehingga ketika Anda mesti berhadapan dengan salah satu dari teman Anda itu, Anda sudah tahu bagaimana cara menghadapinya.

4. Rekreasi bersama

Sesekali Anda dan teman-teman Anda bisa merancang satu hari khusus untuk rekreasi bersama. Misalnya, berjalan bersama-sama ketempat hiburan, kebun binatang, ke taman rakyat atau ke tempat lain. Kebersamaan seperti ini bisa menciptakan kedekatan emosional sehingga suasana kantor atau tempat kerja menjadi lebih nyaman dan kondusif. Teman kantor Anda tak akan takut pergi ke kantor karena harus bertemu dengan Anda. Dia mungkin senang karena bisa lagi bertemu dengan Anda dan berbagi pengalaman dan pengetahuan lagi.

5. Ubah posisi

Poin lain yang bisa dicoba adalah mengubah posisi, baik posisi duduk maupun meja kerja. Sekalipun kadang-kadang agak sulit karena Anda harus meluangkan banyak waktu untuk mengatur meja Anda, cara ini tetap saja menarik karena situasi dan atau posisi yang baru bisa mempengaruhi konstelasi psikologis Anda. Bisa menjadi lebih tenang dan nyaman.

6. Kesibukan kecil

Elemen berikut ini pun bisa di coba. Anda, misalnya, bisa mengatur laci Anda, meja Anda, lemari Anda atau apa pun. Atau Anda bisa juga meminta office boy atau orang lain untuk tidak membersihkan ruangan Anda, dan Anda sendiri yang turun tangan. Atau Anda bisa juga membaca buku, koran atau majalah sebelum mulai bekerja. Kesibukan-kesibukan kecil seperti ini bisa membuat Anda nyaman dan betah bekerja.
(Genie/Genie/tty)




Karir dan kepribadian

Terobsesi dengan Pekerjaan

Rabu, 9 Januari 2008 - 18:25 wib


Foto: Corbis

Karir dan kepribadian

5 Jurus Penghalau Kejenuhan

Sabtu, 5 Januari 2008 - 14:52 wib


Foto: Corbis
RASA jenuh bisa menimpa kapan saja. Pekerjaan yang monoton adalah salah satu penyebabnya. Beberapa orang menganggap kejenuhan ini sebagai hal yang sepele.

Namun, jika tidak segera diatasi, bisa mendatangkan persoalan. Kejenuhan membuat Anda kehilangan semangat dan kreativitas. Ujungnya, kualitas pekerjaan Anda pun akan terganggu. Nah, untuk mengatasi persoalan tersebut berikut tisnya:

1. Membuat Nyaman Suasana

Siapa yang tak ingin nyaman dalam bekerja? Suasana nyaman di lingkungan tempat bekerja akan membuat Anda merasa lebih nyaman bekerja pula. Nah, untuk mengatasi kejenuhan, buatlah suasana senyaman mungkin di tempat kerja. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk membuat nyaman suasana kerja. Memasang foto keluarga, pernak-pernik kesayangan, hingga memasang alat musik bisa Anda lakukan.

2. Desain Baru

Suasana nyaman yang Anda buat lebih mampu mengusir rasa bosan, mungkin trik lain bisa dicoba. Mengubah desain ruangan Anda misalnya. Tak harus mengubah secara besar-besaran, perubahan kecil juga bisa kok. Misalnya menggeser letak meja, atau mengubah letak file cabinet. Selain desain baru, tak ada salahnya juga Anda tampil dengan dandanan baru.

3. Perluas Wawasan

Ilmu tak ada batasnya alias terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Nah, manusia pun harus terus meng-update ilmu agar tak ketinggalan zaman.

Selain itu menambah wawasan atau belajar jugta menjadi trik ampuh pengusir kejenuhan. Dengan menambah wawasan, Anda pun akan menemui sesuatu yang baru. Dan ini akan menarik perhatian Anda. Banyak cara untuk menambah wawasan.

4 Cara Tantangan Baru


Bosan adalah perasaan alamiah yang bisa terjadi pada siapa saja. Mulai anak-anak hingga dewasa. Ibarat sebuah barang, satu baru kita miliki, kita akan sangat tertarik dibuatnya, sebulan kemudian tingkat ketertarikan mungkin sudah mulai berkurang. Untuk mengatasi kebosanan, Anda bisa melakukan hal baru. Seperti melakukan hobi yang menyenangkan, rileks sambil melakukan perawatan tubuh, atau masuk komunitas hobi. Kegiatan tersebut sedikit banyak akan mampu mengurangi kejenuhan.

5. Cuti dan Liburan


Di antara beberapa tips di atas, mungkin cara inilah yang paling jitu untuk mengusir rasa bosan. Ambil cuti dan liburlah di tempat yang Anda pakai. Bila mungkin, cuti panjang akan lebih menyenangkan. Namun, bila hak cuti sudah habis, tak perlu risau. Anda bisa memanfaatkan hari Sabtu dan Minggu untuk menikmati liburan. Berlibur tak harus mengunjung tempat wisata. Makan bersama keluarga di restoran favorit juga bisa dicoba

Karir dan kepribadian

5 Kekuatan Kharisma yang Mendongkrak Karir

Kamis, 3 Januari 2008 - 16:26 wib

Tuty Ocktaviany - Okezone


Foto: Corbis
SETIAP orang pastinya bercita-cita memiliki kharisma. Tidak hanya memberikan daya tarik pribadi, memiliki kharisma juga dapat menunjang sukses berkarir.

Memang tidak semua orang secara alami memilik kharisma. Tapi Anda pun bisa memiliki kharisma. Tidak percaya? Pelajari kiat-kiat dari praktisi karir dan kepribadian Ayu Dyah Pasha berikut ini:

1. Menunjukkan sikap bersahabat

Semua orang pasti merasa senang jika memiliki rekan kerja yang ceria dan bersahabat. Memang mempertahanakan suasana hati seperti itu bukan perkara mudah. Tetapi ini adalah salah satu inti memancarkan kharisma di dalam diri Anda. Jadi pandai-pandailah menjaga emosi.

2. Menjaga sikap dan sopan santun

Dalam dunia kerja, banyak aturan tertulis dan tidak terlintas yang harus dipahami. Mulai dari cara berpakaian, menerima telepon, hingga table manner. Di mata rekan kerja dan klien bisnis, sikap dan bahasa tubuh memang sangat menentukan. Imej Anda bisa jadi taruhan. Untuk itu tidak ada salahnya juga banyak membaca buku-buku yang berkaitan dengan etika. Siapa tahu akan membantu meningkat karir Anda.

3. Pintar-pintar memilih kata yang tepat

Dalam berkomunikasi sebaiknya Anda menghindari kata-kata yang dapat menyinggung perasaan orang lain, sekalipun itu tujuannya untuk mendongkrar karir Anda. Hal ini tentu saja akan mengurangi penilaian positif terhadap Anda.

4. Jalin kontak mata saat bicara

Selain memberi penghargaan pada lawan bicara, banyak hal yang dapat Anda tangkap dari sorot mata seseorang. Anda akan tahu kalau lawan bicara mencoba untuk berbohong.

Hal lain yang bisa didapatkan, Anda akan tampak sebagai pribadi yang percaya diri dan berpikir terbuka karena melakukan kontak mata saat bicara. Usahakan untuk menjaga agar kontak mata tidak berlebihan dan membuat orang lain tidak nyaman karena merasa dikuasai. Strategi kontak mata juga akan memberi Anda nilai lebih, sebab akan memunculkan respek dan kharisma diri secara alami.

5. Menciptakan daya tarik personal

Jika ada yang mengatakan bahwa penampilan luar tidak lebih berarti dari pada isi. Pernyataan itu tidak sepenuhnya benar. Pergaulan modern sering menjadikan penampilan luar sebagai barometer kepercayaan. Apalagi jika Anda bergerak di bidang yang berhubungan dengan banyak kalangan. Untuk meyakinkan mereka, Anda harus memperhatikan penampilan Anda.